Cathkidston in drama

Pura-Pura gak tau awalnya dari mana, aku kecanduan dengan brand Cathkidston. Hampir setiap hari buka-buka online web-nya dan histeris sendiri kalau lihat yang diskon-diskon. Padahal gak ngaruh juga, karena aku sama sekali gak ngerti cara beli produk yang berasal dari Inggris itu. Kalau mau ikutan terserang wabah Cathkidstone, yuukkk…. dibuka olshop-nya disini. Ada sih outlet resminya disini, tapi hanya ada di Jakarta dan harganya udah jadi dua kali lipat. Ku tak sanguuuupppp…. bila aku jauh, dari dirimu… hohuwohuwooo….

Nah, pada saat liburan ke Bangkok tahun lalu *udah lama kali kaannn…* aku lihat produk ini di pakai orang, dan aslinya lebih keren! Jadi semakin menjadi-jadi lah kecanduan ini. Pulang liburan, masuk kantor, dan aku malah browsing Cathkidston lagi. Ternyata brand ini banyak kw-nya yah… *kecanduannya mulai surut*

Kemudian, aku yang minggu lalu ini udah mulai nonton drama Korea lagi, dikejutkan dengan penampakan Cathkidston yang dipakai artis-artis Korea. Awalnya gak ngeh kalau itu Cathkidston, karena motif polkadot udah umum kali dan banyak dimana-mana.

 

1

Jas Hujan Cathkidston

2

Baju Cathkidston

Kemudian muncul scene ini:

3

Tas Cathkidston

Yak kali ini aku yakin kalo drama She Was Pretty disponsori oleh Cathkidston. Karena cuma Cathkidston yang punya motif seperti itu *makin semangat nonton*

Kalau aku, dalam rangka penghematan, udah cukup puas lah dengan yang ini… *ujung-ujungnya pamer* *plaakkk….*

4

 

Jangan remehkan uang receh

ImageSebenarnya ini cerita dari 2 minggu yang lalu. Jadi aku punya kebiasaan ngumpulin recehan dari dulu. Biasanya recehan yang udah dikumpulin itu kalo udah banyak aku pake buat bayar ongkos angkot. Tapi kali ini aku ngumpulin recehannya agak lebih banyak, maksud hati, ini adalah tabungan buat foya-foya di Jepang *iyakan aja lah…*

ImageHingga suatu hari, ketika lagi belanja di salah satu supermarket disini, aku lihat iklan ini, “Tukarkan uang koin anda disini.” Langsung teringat dengan celengan uang receh dirumah yang udah penuh dan gak bisa diisi lagi. Mau gak mau aku harus memilih antara menukarkan uang recehan tersebut atau beli celengan yang lebih gede lagi. Jelas aku lebih pilih alternatif pertama, menukarkan uang recehan.

0157Keesokan harinya aku bawa celengan ke kantor dan langsung segera dihitung. Hasilnya lumayan, Rp. 280.000. Cukup buat beli sepatu baru idaman 😀

Yuk, ngumpulin recehan lagi…. Kali ini buat ke Korea!

February 2014

Hari ini sedikit mengobrak abrik isi blog dan membaca coretan teman-teman yang sangat semangat menulis tentang segala hal. Tiba-tiba terbersit dihati ingin kembali menulis setelah sekian lama. Sebenarnya bisa dibilang aku masih terus menulis, tapi hanya sebatas ngereview drama. Ngereview drama jadi semacam kewajiban yang harus dilakukan setelah kelar menyelesaikan satu drama karena aku adalah orang yang sangat pelupa. Kalo gak direview bisa-bisa aku nonton ulang itu drama beberapa kali tanpa disadari.

Cuma alasan kalo bilang gak ada hal istimewa yang harus ditulis. Sebenarnya hal sekecil apapun bisa jadi sangat istimewa dan menarik untuk ditulis, asalkan dengan hati. Ya itu, yang bikin semangat menulis dengan sepenuh hati beberapa waktu belakangan ini hanyalah ngereview drama atau cerita jalan-jalan. Berhubung nonton dramanya lebih sering dibanding jalan-jalan, jadi yang terlihat cuma ngereview drama mulu…

Jadi kali ini apa yang pengen ditulis dengan sepenuh hati? ya gak tau, jari ini cuma menekan beberapa tombol-tombol di keyboard hingga jadilah tulisan ini… 😀

Sejak pindah ke rumah baru idaman milik sendiri *hey, februari ini udah setahun kaliii…* aku sedang semangat-semangatnya beresin rumah. Bahkan kalo weekend, saking keasyikannya bersih-bersihin rumah sampe kelupaan masak *serius kok, benar-benar lupa :p*. Bukan apa-apa, aku bisa serius bersihin rumah cuma seminggu sekali. Jadi wajar la… *pembelaan*. Yang paling doyan adalah beresin taman dan menambah berbagai macam tanaman di perkarangan. Bisa hampir setengah hari panas-panasan diluar. Mungkin hobi ini nurun dari si emak yang dulu masa gadisnya adalah penjual tanaman… huahahaha….

Satu lagi yang belakangan ini doyan aku kerjain, ngristik! Sepertinya di akhir tahun kemaren ada sedikit aku ceritain tentang hobi baru ini. Karena masih pemula, aku ngerjainnya lambat… Tak apalah, tapi benar-benar puas rasanya tiap kali sukses menyelesaikan satu gambar. Sudah ada bayangan ntar hasil kristik ini bakal dipajang dimana aja, jadi makin semangat ngerjainnya…

Kalau urusan kantor gimana? Biasa aja, gak ada sesuatu yang istimewa. Awal Juli nanti genap 8 tahun aku kerja disini, jadi jangan ditanya jenuhnya. Kalau dulu uring-uringan dan ngeluh kesana kemari tentang kerjaan, sekarang enggak lagi. Semuanya dibawa santai… Masalah yang ada dikerjaan juga gak dimasukkan kedalam hati, cukup dimasukkan kedalam laci kantor trus dibiarkan, ntar kelar sendiri juga masalahnya…. Tetap, drama korea yang bikin aku betah disini… :))

Jangan panik saat terjebak di lift

Ada satu kisah yang belum aku ceritakan saat aku jalan-jalan ke Pontianak beberapa waktu lalu. Ketika pulang dari Sintang, kami harus menginap satu malam di sebuah hotel di Pontianak. Salah satu hotel bintang 3 yang tidak akan aku sebutkan namanya disini. Hotel itu cukup nyaman dan bersih, cuma mungkin kami lagi apes aja terjebak di lift.

Pagi itu kami berencana check out dari hotel dan menuju bandara untuk melanjutkan perjalanan ke Medan. Barang bawaan kami yang seabreg *kata petugas bandara berat totalnya 79 kilo* sudah kami minta tolong bawakan oleh bellboy. Mobil menuju bandara juga sudah dipesan. Kami yang berada di lantai 3 dengan santainya masuk lift dan turun menuju resepsionis.

Lift menunjukkan tanda panah ke atas, “oh, ada yang mau turun juga dari lantai 4”, pikirku. Tidak berapa lama lift bergoncang hebat, serasa berjalan turun, padahal pintu lift belum terbuka saat tiba di lantai 4. Goncangan dan jalan lift berhenti. Aku coba tekan angka 1, tapi lift tak juga bergerak. Lampu sedikit berkedip. Tidak ada tanda panah atau angka, hanya ada tulisan off line.

Si mama panik, si adik ipar hanya memegang tangan mama yang dingin sambil mengelus-elus perut hamilnya. Aku sudah beberapa kali mengalami kejadian seperti ini di lift kantor, jadi mengerti. Aku tekan tanda emergecy yang biasanya bergambar lonceng di lift, biasanya di dekat angka-angka. Sirine lift berbunyi dan tidak sampai 5 menit petugas sudah datang untuk menenangkan kami yang berada di dalam.

Pintu dibuka paksa, ternyata kami berada di antara lantai 3 dan lantai 4. Agak sulit bagi si mama dan si adik ipar buat keluar dari lift, karena harus memanjat tembok lantai 4. Petugas menurunkan kursi untuk dijadikan pijakan dan kami berhasil keluar dari lift dengan selamat.

Akhirnya, dari lantai 4 kami turun ke bawah dengan tangga. Si mama dan si adik ipar sangan bersyukur saat itu ada aku, karena mereka sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan saat terjebak di lift. Kata si mama, “biar udah bertahun-tahun mama kerja di hotel, tapi mama gak ngerti kalau ada kejadian seperti ini”.

Note: sepertinya kejadian seperti ini sudah sering terjadi di hotel ini. Soalnya saat di perjalanan menuju bandara, kami menceritakan hal ini ke supir hotel. Kata si supir itu karena listriknya naik turun tidak stabil.

Tak bermaksud menghapus dari kenangan, hanya menghapus dari memory hp doang… (1)

Tadi mau pindah-pindahin lagu yang baru di download ke hp, eh ternyata si memory hp udah full. Mau delete beberapa lagu yang ada di playlist tapi kok sayang. Ya sudah, pindahin aja semua foto-foto yang ada ke MP.

Kelihatan ya dari foto kegiatan kesehariannya ngapain aja. Rata-rata foto menggunakan kamera Nokia E63. Foto keponakan dikirimin si kakak pake mms.

Oiya, foto ini gak ada pake edit-editan. jadiiii…. begitulah…. hehehe….

Dan lihatlah, aku sama sekali tak ada menyimpan foto pacar di hp. Dasar pacar yang tak berbakti…. hihihihi…..











































































Resolusi Target dan semacamnya (part 2)

2 hari ini aku tugas diluar kantor yang kerjaannya kebanyakan nyantainya. Jadi dari pada bengong dan ngantuk mending aku posting sesuatu disini. Postingnya dari hp, jadi gak bisa lampirin gambar-gambar segala.

Ngelanjutin cerita tadi, ternyata nasib di SMA tidak seburuk yang diperkirakan. Mungkin otak semakin encer, muncullah beberapa pelajaran disukain. Tapi tetap aja cuek sama nilai. Disaat mau ujian disitu baru belajar. Tapi aku hebat loh, selalu langganan rangking 10 besar. Paling hebat aku dapet rangking 2.

Disaat kelas 3 aku memilih masuk IPS. Alasannya sederhana, gak mau pusing belajar. Padahal nilaiku mencukupi buat masuk kelas unggulan 3 IPA 1. Hohohohoho….

Masuk kuliah di tempat sesuai kemampuan aja. Gak mau yang susah-susah, yang penting dapet gelar sarjana dari universitas negeri. Jadilah aku di Manajemen UNIMED yang menurutku disitu tempat kuliah yang paling nyantai. Biar sambil main-main dan sering bolos IP gak pernah di bawah 3 *emang pinter sih* *ditoyor orang se-mp*

Semuanya berjalan begitu aja, sama sekali gak pake-pake target. Tamat kuliah gak berapa lama langsung dapet kerja. Bisa dibilang semuanya faktor keberuntungan aja.

Mau ngelanjutin part 3 tapi kok mendadak males. Ntar aja lah besok-besok dilanjutin.

Resolusi Target dan semacamnya (part 1)

Beberapa hari yang lalu aku ada baca QN ala Tobie punyanya Muse tentang target atau resolusi dan semacamnya. aku mulai teringat beberapa hal dan pengen menuliskannya disini.

Kalau diingat-ingat aku adalah orang yang hidup dengan target yang sangat minim. Untuk urusan sekolah misalnya, bisa dibilang aku gak pernah berambisi untuk jadi rangking 1. Gak tau karena emang gak ada kemampuan atau karena gak ada kemauan… Hehehe…

Waktu SD setiap kenaikan kelas, aku gak pernah perduli dapet rangking berapa. Tiap liat rapor langsung melihat kebagian naik/tidak naik kelas. Naik kelas aja udah paten lah, walaupun nilai didominasi sama 6 dan 7. Hebatnya ketika mau masuk SMP, nem aku cukup untuk masuk SMP negeri yang lumayan favorite di dekat rumah.

Waktu SMP beda lagi. Kebetulan teman sebangkuku adalah anak pintar yang selalu langganan rangking 1 dikelas. Jadi sedikit banyak aku jadi ikutan dikenal guru-guru. Nilaiku juga ikutan terdongkrak naik biarpun disitu ujian disitu baru belajar. Dapet rangking belasan cuy… Mantep kan… Herannya waktu mau masuk SMA, nem aku juga cukup buat masuk ke SMA negeri yang lumayan favorit dekat rumah. Sedangkan si teman sebangku yang selalu langganan rangking 1 itu nem-nya gak mencukupi, dia masuk SMA Negeri yang predikatnya dibawah SMA negeri sasaran kami.

Di daftar siswa yang masuk di SMA tersebut, aku adalah anak yang nem-nya nomor 2 terendah. Dalam bayanganku aku akan menjadi anak paling bodoh disekolah itu. Dari awal aku bilang ke si mama papa kalau ntar terima rapot siap-siap aja membaca aku rangking 39 dari 40 siswa.

Melow sebelim tidur

Gak seperti biasanya, malam ini aku gak marathon dvd. Biasanya aku sebelum tidur selalu nonton dvd dulu, paling nggak 2 episode. Sayang, padahal the x files tinggal beberapa episode lagi. Maafkan aku Mulder.

Jadi malam ini aku buat pecal *pamer*. Bumbunya sih beli sendiri, jadi tinggal rebusin sayur aja *penonton kecewa* dan si mama masak gulai ayam.

Apa yang bikin melow? Udah 2 paragraf cerita-cerita kok gak sampe-sampe ke inti?

Seperti yang pernah aku sampaikan, si Minky menetaskan 8 ekor anak dan keesokan harinya, hanya berselang satu hari si Makoto menetaskan 6 ekor anak. Dan ternyata si Minky dan Makoto itu tanda yang mana-mana aja anak-anaknya. Begitu juga si anak-anak tanda yang mana induknya. Jadi gak saling bertukar gitu woi… Itulah hal yang bikin aku melow *ntah hapa-hapa*

*kekenyangan baru makan pecal dan ayam gulai*

*ayamnya ayam kampung dari Siantar loh*

*enaknya tiada tara loh*

Sekian… Selamat malam semuah…

Note: jangan tertipu dengan judul. Postingan ini sesungguhnya adalah postingan pamer karena baru makan enak.

Tentang film biru

Tiba-tiba aja ada pertanyaan sederhana di dalam pikiranku tetapi aku gak tau jawabannya. Dalam agama, apa hukum nonton film bokep? Makruh atau haram?

Dari dulu sampe sekarang aku mempunyai sahabat yang bisa dibilang 70% cowo dan 30% cewe. Jadi sedikit banyak aku tau kalo sebagian besar cowo doyan bokep tanpa menutup-nutupinya. Kalo cewe sebagian besar bilang “mendingan praktek langsung dari pada nonton gituan”

Dulu waktu kuliah ada seorang teman yang distributor film bokep. Model film bokep via hp yang hanya berdurasi beberapa menit. Jadi siapa yang mau bisa sharing dengan blutooth dan tentu aja gak gratis. Yang lebih kurang ajarnya lagi, film terbaru selalu muncul di hari Jumat. Jadi pagi-pagi para cowo itu nonton bareng film bokep dan siangnya beberapa temanku pada sibuk numpang mandi di puskom karena harus jumatan. Sebelumnya aku pernah cerita kalo salah satu temanku orang tuanya itu kepala puskom. Jadi kami sering sesuka hati di puskom, mulai dari numpang tidur, makan, sholat, internetan, sampe mandi.

Satu kelas cowo nonton bokep berganti-gantian tanpa terkecuali. Bisa dibayangkan gimana hebohnya. Bahkan temanku yang paling alim sekalipun, yang kami biasa panggil pak ustad, gak mau ketinggalan. Suatu hari pernah aku bilang “issshhhh…. Nonton pilem bokep berdosa!” aku cuma asal ngomong aja sih, tanpa dasar hukum. Dianya malah jawab, “Itu bukan dosa, itu Ilmu. Jadi bukan kuliah aja yang untuk masa depan, nonton bokep juga untuk kebahagiaan masa depan.” Mak jaaaang…. Gak mau kalah aku jawab “Nyari ilmu seperti itu gak harus dari bokep, dari buku kan juga ada.” Dan setelah itu selalu ada jawaban dari dia. Setiap berdebat tentang itu gak pernah ada habisnya.

Pernah suatu kali aku coba nonton salah satu koleksi mereka. “Mau yang mana Me? indonesia, Barat, Jepang?” tawar mereka. “Jepang!” kataku lantang. Tapi kalo Jepang, waktu mereka aksi dan tiba-tiba ngomong bikin ilfil” katanya. Aku cuma ngikik dengar penjelasannya. Kuperhatikan dengan konsentrasi nokia 6600 yang waktu itu paling canggih dijamannya. Adegan awal, pertahanan diri masih kuat. Gitu mulai buka baju, aku mulai deg-degan dan geli liatnya. Tanpa sadar si hp aku campakkan. Untung itu hp gak rusak, cuma lecet dikit. Dan si pemilik hp melotot geram liat aku.

Baru search google, dan jawaban dari pertanyaanku diatas ada disini.