Madre

Novel ini merupakan kumpulan dari beberpa cerita. Dan seperti biasa, ada beberapa dari karya Dee ini yang nggak aku mengerti karena menggunakan bahasa-bahasa yang terlalu puitis… Hehehe… Dan dari 13 cerita cuma 2 cerita yang di terima oleh daya nalarku, yaitu “Madre” dan “Menunggu layang-layang”.

Madre

Suatu hari Tansen dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa ternyata ayahnya Tionghoa dan ibunya India. Dan ayahnya yang merupakan pembuat roti mewariskannya setoples adonan biang pembuat roti yang di beri nama Madre yang berumur lebih dari 70 tahun.

Tansen yang kesehariannya hidup bebas di Bali, bingung harus berbuat apa dengan warisannya itu. Tak di sangka saat Tansen memutuskan untuk menjual Madre, ada Mei yang bersedia menampung dengan harga 100 juta. Apakah Madre akan dijual dan bagaimana nasib toko kue Tan de Bekker?

Jujur, ide cerita Madre ini sangat jenius. Tapi sayang jalan ceritanya sangat datar. Penulis gak berhasil membolak balikkan emosiku sebagai pembaca.

Menunggu Layang-layang

Christ menjalani kesehariannya dengan cara yang sangat monoton dan begitu teratur. Berbeda dengan Starla, hidupnya begitu berwarna, berpindah dari satu lelaki ke lelaki lain. Che, begitu panggilan Starla untuk Christ. Che bisa dibilang sahabat sekaligus tempat sampah bagi Starla, tempat Starla membuang semua uneg-unegnya.

Di tiap kesempatan Che sering bertemu Starla bersama gandengannya dimulai dari kontraktor, produser rekaman, gitaris, foto model, aktor sinetron, atlet, dosen, pengacara, pengusaha restoran, sampai gay. Mereka bukan janjian, tapi karena selera restoran, mall, dan bioskop mereka sama.

Suatu hari Starla di ganggu oleh seorang psikopat dan Che lah penolongnya. Bagaimana kisah Che dan Starla selanjutnya?

Jalan cerita yang sederhana tapi cara penyampaiannya enak di baca. Yang paling aku suka dari cerita ini adalah happy ending!

 

Stars: 2.5

20 thoughts on “Madre

  1. yant165 said: samaaa…. aq juga merasa gitu. Ga seperti waktu baca perahu kertas.. terlalu datar.

    aku malahan belom baca perahu kertas, gara2 dulu baca rectoverso isinya banyakan gak ngerti. Ini malah beli madre, eh banyakan gak ngertinya juga… 😀

  2. sicantikdysca said: aku gak begitu cocok dgn karya dee. 😀

    sama, baca beberapa karyanya tapi banyak yg gak ngeh. Padahal aku beli ini gara2 heboh di time line banyak yg baca madre

  3. itsmearni said: aku belum baca Madrediantara novel Dee, sampai sekarang perahu kertas masih dapat jempol terbanyak dariku hehe

    aku justru belom baca perahu kertas. Banyak yang bilang emang perahu kertas yg paling bagus

  4. starlite2404 said: favorit kita samaaaa… yg lain jg ga nyampek di nalarku. hihihihims lbh suka RectoVerso drpd Madre 🙂

    sekarang aku pengen beli bukunya vabyo… 😀

  5. starlite2404 said: bukunya vabyo mirip sm twitnya dl. aku krn uda ngikutin twitna dr awal jd brasa biasa aja pas baca bukunya. tp isinya lucu2 kali.. :))

    baru aja aku beli yg kedai 1001 mimpi.aku gak gitu ngikutin twitnya, tapi 55rb aja gitu bukunya… :Dsoalnya dulu beli joker sama binbun cuma 20rb krn beli langsung sama dia :)))

Leave a reply to itsmearni Cancel reply